Kamis, 05 Mei 2016

senyawa steroid

C. Steroid 1. Definisi Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh (bahasa Inggris: saturated tetracyclic hydrocarbon : 1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen. Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin. 2. Jalur biosintesis Steroid adalah salah satu bentuk triterpena termodifikasi, sehingga unit penyusunnya adalah isoprena, yaitu IPP dan DMAPP. IPP dan DMAPP dibiosintesis oleh tubuh dari Asetil Koenzim A, suatu C-2 hasil pelepasan CO2 oleh piruvat pada jalur metabolisme, lewat jalur asam mevalonat atau deoksisilulosa fosfat. Unit – Unit IPP dan DMAPP bereaksi memanjangkan rantai membentuk C-15, disebut farnesil. Dua FPP (Farnesil Pirofosfat) bergabung ekor-ekor membentuk skualena. Skualena teroksidasi membentuk epoksida, memungkinkan terjadinya siklisasi membentuk lanosterol. 3. Penggolongan a. Berdasarkan putaran pada optiknya Rotasi Jenis Jenis Struktur Contoh Lebih kecil dari -90° Ikatan rangkap dua terkonjugasi pada cincin B ergosterol -70° - -90° Ikatan rangkap dua pada 5,6 dan 22,23 stigmasterol -45° - -30° Ikatan rangkap dua pada 5,6 β-sitosterol -25° - +10° ikatan rangkap dua pada 7,8 dan mungkin juga pada 22,23 α-spinasterol +10° - +30° sistem cincin jenuh seluruhnya stigmastanol +40° - +50° ikatan rangkap dua pada 8,9 dan mungkin juga rangkap pada rantai samping zimosterol lebih besar dari +50° bukan sterol b. Berdasarkan efek fisiologisnya 1) Sterol Sterol pada tumbuhan ditemukan dalam jumlah sedikit hampir pada semua jenis tumbuhan.. a) Ergosterol Sumber tanaman yang mengandung senyawa ini adalah Triticum sativum. b) Stigmasterol Stigmasterol digunakan sebagai prekursor dalam pembuatan sintetis progesteron serta bertindak sebagai perantara dalam biosintesis androgen, estrogen, dan kortikoid. Selain itu, bisa juga digunakan sebagai prekursor dari vitamin D3. Sumber tanaman yang mengandung senyawa ini adalah Glycine max atau kacang kedelai. c) Sitosterol d) Kampesterol e) Spinaterol Terdapat pada tumbuhan Spinacia oleracea. Pada hewan Terdapat pertama kali diisolasi dari alam adalah kelompok C27 – C29 yang ditemukan pada fraksi lemak dalam beberapa jaringan hewan. f) Spongesterol g) Kilonasterol Sterol pada ragi mempunyai aktivitas farmakologi antifungi dengan cara selektif membunuh fungi dengan menyerang dinding sel fungi. h) Zimosterol i) Fekosterol j) Arkosterol 2) Asam empedu Asam empedu bertindak sebagai emulsi biologi yang sangat penting dan membantu melarutkan lemak globular dari makanan sehingga dapat larut dalam air atau enzim lipase, dan bereaksi dengan molekul lemak sehingga dapat melancarkan penyerapan lemak. Asam empedu juga melancarkan sebagian besar pengeluaran kolesterol. 3) Adrenokortikoid a) Mineralkortikoid seperti aldosteron dan deoksikorton. b) Glukokortikoid seperti hidrokortison, prednison, deksamethasone. 4) Glikosida janutng Berasal dari tanaman Digitalis purpurea yang mengandung digitoksin, gitoksin, gitaloksin. Digitoksin bekerja dengan cara meningkatkan tonus otot jantung yang mengakibatkan pengosongan jantung lebih sempurna dan curah jantung meningkat. 5) Steroid seks a) Testosteron Berperan dalam pengembangan organ laki-laki; otot, rambut dan pembentukan sperma. b) Estrogen Berperan dalam pengembangan organ kewanitaan, seperti ovulasi. c) Progesteron Mempersiapkan uterus untuk menyuburkan indung telur. 6) Sapogenin 4. Struktur kimia Struktur Senyawa Steroid dan Kereaktifannya Perbedaan jenis steroid ditentukan subtituen R1, R2, dan R3 Perbedaan dalam satu kelompok tergantung juga pada: a) Panjang subtituen R1 b) Gugus fungsi subtituen R1, R2, dan R3 c) Jumlah dan posisi ikatan rangkap d) Jumlah dan posisi oksigen e) Konfigurasi pusat asimetris inti dasar 5. Sifat fitokimia a) Sifat fisika 1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tapi jika teroksidasi warnanya akanmenjadi gelap. 2) Mempunyai bau khas 3) Indeks bias tinggi 4) Sebagian besar bersifat optis aktif 5) Kerapatan (density) umumnya lebih rendah daripada air 6) Larut dalam pelarut organikseperti eter dan alcohol b) Sifat kimia 1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik) 2) Isoprenoid kebanyakan berbentuk khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer

senyawa terpenoid

B. Terpenoid 1. Definisi Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40). Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya. Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. 2. Jalur biosintesis Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu: a. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat. b. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-, dan poli-terpenoid. c. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid. Biosintesis senyawa terpen terlibat senyawa yang bercabang . Mula - mula gugus keton dari karbonil pada asetoasetil koenzim A beradisi aldol dengan asetil koenzim A menghasilkan derivat asam glutarat . Langkah berikutnya adalah reduksi darisalah satu gugus karboksil pada untuk menghasilkan asam mevalonat . Dari studi penjejakan terbukti bahwa asam mevalonat merupakan bahan asal ( prekursor ) untuk terpen . Jalur asam mefalonat: Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat, reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi,eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasimenghasilkan isopentenil (IPP) yangselanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzimisomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekordengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama daripolimerisasi isoprene untuk menghasilkan terpenoid.Penggabungan ini terjadi karena serangan electron dari ikatan rangkap IPPterhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan electron diikuti olehpenyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil.pirofosfat (GPP) yaitusenyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid.Penggabungan selanjutnya antara satu unti IPP dan GPP dengan menaismeyang sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawaantara bagi semua senyawa seskuiterpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan dariGeranil-Geranil Pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu untiIPP dan GPP dengan mekanisme yang sama . 3. Penggolongan Nama Rumus Sumber Monoterpen C10H16 Minyak Atsiri Seskuiterpen C15H24 Minyak Atsiri Diterpen C20H32 Resin Pinus Triterpen C30H48 Saponin, Damar Tetraterpen C40H64 Pigmen, Karoten Politerpen (C5H8)n n 8 Karet Alam Monoterpen Seskuiterpen Politerpen 4. Struktur kimia Terpenoid didefinisikan sebagai produk alami yang strukturnya dibagi menjadi beberapa unit isoprene, karena itu senyawa ini disebut juga isoprenoid (C5H8). Unit isoprene disusun atas asetat melalui jalur asam mevalonat dan dihubungkan dengan rantai karbon yang mengandung 2 ikatan tak jenuh. Selama penyusunan terpenoid, dua unit isopren mengalami kondensasi antara kepala dan ekor. Terpenoid yang tersusun atas 2 isopren membentuk senyawa golongan monoterpenoid (C10H16). Sesquiterpen (C15H24) tersusun atas 3 unit isoprene, diterpenoid (C20H32) tersusun atas 4 unit isoprene, sesterpen (C25H40) tersusun atas 5 isopren, triterpenoid (C30H42) tersusun atas 6 unit isopren, dan tetraterpen (C40H64) tersusun atas 8 isopren. 5. Sifat fitokimia a. Sifat fisika 1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap 2) Mempunyai bau yang khas 3) Indeks bias tinggi 4) Kebanyakan optik aktif 5) Kerapatan lebih kecil dari air 6) Larut dalam pelarut organik: eter dan alcohol b. Sifat kimia 1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik) 2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer.

senyawa antrakinon

A. Antrakinon 1. Definisi Antrakuinon merupakan suatu glikosida yang di dalam tumbuhan biasanya terdapat sebagai turunan antrakuinon terhidloksilasi, termitilasi, atau terkarboksilasi. Antrakuinon berikatan dengan gula sebagai o-glikosida atau sebagai C-glikosida. Turunan antrakuinon umumnya larut dalam air panas atau dalam alkohol encer. Senyawa antrakuinon dapat bereaksi dengan basa memberikan warna ungu atau hijau (Harborne, 1987). 2. Jalur biosintesis Biosintesis antrakuinon ditemukan dari studi mikroorganisma seperti Penicillium islandicum, spesies yang memproduksi derivate antrakuinon melalui pembentukan unit asetat melalui kondensasi dari kepala ke ekor. Yang pertama dibentuk adalah intermediet asam poli-β-ketometilen yang kemudian memberi variasi senyawa aromatic teroksigenasi mengikuti kondensasi intramolekular. Intermediet antranol dan antron akan membentuk antrakuinon. Emodin, senyawa seperti antrakuinon, dibentuk pada tanaman tinggi dengan jalur yang sama. Reaksi transglikosilasi membentuk glikosida muncul pada tahap akhir setelah inti antrakuinon terbentuk. 3. Penggolongan Penggolongan antrakinon (Stahl,1985) Komponen HRf Aloin 20-25 Rapontisin 25-30 Rein 30-35 Hidrokuinon 50 Emodin aloe 55-65 Eter monometilhidrokuinon 65-70 Emoding fragula 70-75 Eter dimetilhidrokuinon 80-85 trakuinon 85-90 4. Struktur kimia Struktur kimia antrakinon. Nama lain: 9,10-antracendion, 9,10-antrakion; C14H8O2 (BM: 208,22 g/mol) 5. Sifat fitokimia Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampal merah sindur (oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer. Untuk identifikasi digunakan reaksi Borntraeger (lihat MMI). Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat (rein) dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron dan antranol, terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida. Antron bewarna kuning pucat, tidak menunjukkan fluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sedangkan isomernya, yaitu antranol bewarna kuning kecokiatan dan dengan alkali membentuk larutan berpendar (berf1uoresensi) kuat. Oksantron merupakan zantara (intermediate) antara antrakinon dan antranof. Reaksi Borntraeger modifikasi Fairbairn, yaitu dengan menambahkan hidrogen peroksida akan menujuk-kan reaksi positif. Senyawa ml terdapat dalam Frangulae cortex. Diantron adalah senyawa dimer tunggal atau campuran dan molekul antron, hash oksidasi antron (misalnya larutan dalam aseton yang diaerasi dengan udara). Diantron merupakan aglikon penting dalam Cassia, Rheum, dan Rhamnus; dalam golongan ini misalnya senidin, aglikon senosida. Reidin A, B, dan C yang terdapat dalam sena dan kelembak merupakan heterodiantron.